Wanita Keterbelakangan Mental Diperkosa Para Pemuda

Rosa (20), seorang wanita yang mengalami keterbelakangan mental mengaku telah diperkosa oleh segerombolan pemuda yang tidak dikenalnya pada Senin (16/4) malam, setelah dicekoki minuman keras (miras).


Berdasarkan data yang dihimpun, wanita berambut pendek yang saat ini berada di Ruang Persalinan Emergensi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga, ditemukan pedagang sayur keliling di pinggir jalan Setro, Dusun Canden, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Selasa (17/4) sekitar pukul 05.00, dalam keadaan terkapar lemas dan mengalami pendarahan.

Setelah mengetahui identitasnya, warga sekitar pun langsung membawanya ke rumahnya yang berada di Dusun Nglantak, Desa Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Sesampainya disana, pihak keluarga membawa Rosa ke RSUD Salatiga guna pemeriksaan visum.

Rosa yang masih berbaring di ruang tersebut mengatakan, sebelumnya dia memperoleh telepon dari seorang pria yang tidak diketahui identitasnya. Dalam percakapan tersebut, pria yang bersangkutan mengajak bertemu di salah satu ujung desa setempat. Dia mengaku, saat berada di Senjoyo dia beri air miras hingga tidak sadarkan diri.

Saat itulah, dia sudah tidak ingat apapun, termasuk saat dirinya ditemukan warga di pinggir jalan. Terpisah, Kasat Reskrim Polres Semarang, AKP Agus Puryadi menjelaskan, pihaknya sudah menerima berkas pelaporan kasus dugaan pemerkosaan dari Polsek Getasan. "Apabila hasil visum dokter sudah diketahui, kami akan mulai penyelidikan. Ini baru sebatas meminta keterangan korban," Jelas AKP Agus.

Ongkos Naik Bis Senilai Puluhan Juta

Tak pernah terbayang dalam benak Bustani Arifin (45), "ongkos" yang dikeluarkan saat akan pulang ke rumahnya di Kampung Segaran, Kelurahan Tambakaji, Ngaliyan, merupakan yang termahal sepanjang hidupnya.


Bagaimana tidak? Ia harus merelakan tas yang berisi uang Rp 25 juta hilang dibawa kawanan pencuri saat perjalanan naik bis dari Pelabuhan Tanjung Emas ke Jalan Pemuda, Senin (17/4) pagi. Selain uang tunai, cek senilai 15 juta, laptop Toshiba dan pakaian di tas ikut lenyap.

Bustani mengisahkan, kejadian bermula ketika ia yang bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan diminta pulang kerabatnya karena ada keperluan mendesak. "Saya berupaya membeli tiket pesawat namun habis. Akhirnya saya menggunakan kapal laut dan turun di Pelabuhan Tanjung Emas," katanya saat melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang.

Bustani pun melanjutkan perjalanannya menaiki sebuah bis kota yang melintas di depan kawasan pelabuhan. "Saya lupa bis itu jurusan mana dan namanya apa. Yang jelas berwarna kuning. Penumpang saat itu penuh dan sesak. Tak berapa lama saya akhirnya dapat duduk di bangku bagian tengah," katanya dengan nada sedikit emosi.

Menurutnya, selama di perjalanan, tas berisi uang tersebut didekapnya. Ketika bis melintas di Jalan Pemuda, tepatnya di depan Gedung Pandanaran, Bustani dicolek seorang perempuan seraya memberitahu bila tas miliknya dibawa kabur oleh seorang pria. "Saat dicolek, saya seperti sadar. Padahal saat itu saya yakin saya tidak sedang tidur," katanya.

Dengan bersusah payah, akhirnya ia berhasil turun dari bis guna mengejar si pelaku. Namun lantaran terdapat beberapa penumpang yang ikut turun, ia kebingungan dan kehilangan jejak pria yang membawa tasnya tersebut. Bustani pun lemas dan hanya bisa bengong di pinggir jalan.

Ia kemudian menelepon anaknya untuk diantarkan ke Mapolrestabes Semarang, setelah sebelumnya menghubungi pihak bank untuk memblokir cek tersebut. "Tak habis pikir kok bisa tas saya diambil tanpa sadar,sepertinya dihipnotis," ucapnya lemas. Hingga kemarin, kasus ini masih diselidiki jajaran Polrestabes Semarang.

Dicerai Istri, Suami Pilih Mati Gantung Diri

Diduga mengalami tekanan batin akibat dicerai istrinya, Supaat, 57, warga Dukuh Sendang Blodro RT 04 RW 02 Desa Sendang, Kecamatan Wonotunggal, Batang, nekat kendat. Korban ditemukan gantung diri di kamar tidurnya, minggu (15/4) sekitar pukul 06.30.


Aksi nekat korban kali pertama diketahui oleh Riyatun alias Wuri, 41, yang juga mantan istrinya, bersama kedua anaknya, Vika Riyani dan Dewi. Ketiganya menjerit histeris saat menemukan korban tergantung di kamar tidur. Saat ngendat, korban menggunakan tali plastik yang diikatkan di usuk kamar tersebut.

Menurut Riyatun, pagi sekitar pukul 06.30 itu, dia bersama kedua anaknya menengok korban yang baru pulang dari Jakarta dalam keadaan sakit. Namun saat membuka pintu kamar, ketiganya menjerit histeris melihat tubuh korban tergantung di kamar dengan lidah menjulur.

"Melihat itu saya bergegas keluar sambil berteriak minta tolong. Saya takut melihat mantan suami saya tergantung. Setelah tetangga berdatangan, saya baru berani masuk kamar. Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Wonotunggal," tuturnya.

Begitu mendapatkan laporan, Kapolsek Wonotunggal AKP R Sutrisno SH didampingi Kanit Reskrim Aiptu Sugiyanto beserta anggotanya langsung menuju ke TKP. Selanjutnya mayat korban yang tergantung dievakuasi dan diidentifikasi.

"Berdasarkan pemeriksaan dokter Puskesmas Wonotunggal, korban tewas murni karena gantung diri. Selain lidah menjulur, dari kem4lu4nnya keluar cairan," beber AKP R Sutrisno.

Berdasarkan informasi dari para tetangga, Supaat pulang dari merantau dalam keadaan sakit. Hal itu diduga akibat korban mengetahui telah dicerai istrinya tanpa sepengetahuan dirinya, sehingga membuat pikiran korban tambah kalut.

Forum Pengagum Fenomena Alam Astronomi

Sesuai namanya, Jogja Astronomi Club menghimpun para pecinta hal - hal yang berhubungan dengan alam khususnya astronomi. Di tempat ini para pecinta astronomi berkumpul untuk berbagi cerita dan ilmu tentang langit atau fenomena alam yang terjadi. Mereka rutin bertemu tiap minggu malam untuk sekedar meneropong bintang atau benda langit di sore hari.


Jogja Astronomi Club atau disingkat JAC terbentuk pada 2005. Berawal dari seorang yang boleh dibilang maniak dalam hal yang berhubungan dengan astronomi. Adalah Mutoha Arkanuddin, pendiri perkumpulan ini. Kesehariannya bekerja sebagai guru di sebuah SMA swasta di Jogja. Dan di dalam klub ini ia menjabat sebagi Koordinator Utama.


Pada awal berdirinya JAC beranggotakan anak - anak SMA. Semakin lama, berita adanya klub ini menyebar dan anggotanya pun bertambah hingga mahasiswa dan bahkan orang yang sudah bekerja. Namun setelah beberapa tahun berjalan, klub ini sempat vakum sebelum akhirnya aktif lagi dengan anggota berjumlah ratusan.

"Sekitar 150 orang lebih. Didominasi mahasiswa," ungkap Eko Hadi G, Koordinator harian yang juga seorang web programmer and developer lepas. "Kami juga membuat fans page di jejaring sosial facebook dengan nama Jogja Astro Club," terangnya. Tujuan klub ini banyak sekali, yang dijabarkan dalam visi dan misi, antara lain memperkenalkan dan mempopulerkan astronomi dan fenomena alam agar masyarakat tak salah paham.

"Yang paling utama mengubah mindset atau pola pikir masyarakat yang selalu mengaitkan fenomena alam dengan alam gaib. Semua itu ada penjelasan ilmiahnya," ujarnya. Markas besar JAC berlokasi di Jalan Affandi Soropadan No 4 Condongcatur Depok, Sleman yang juga rumah koordinator utama, Mutoha Arkhanuddin.

Di tempat ini terdapat teropong dan peraga astronomi. Bagi yang ingin bergabung, tidak ada syarat yang rumit dan biaya, tapi cukup melakukan registrasi secara online. "Pokoknya nggak ada biaya pendaftaran sebab kami hanya ingin berbagi ilmu dan pengetahuan," jelas Eko Hadi, sambil menambah, bagi yang ingin sekedar meneropong alam semesta bisa langsung datang setiap minggu malam ke tempat yang telah kami sebutkan diatas.